Orang Biasa Dengan Kebiasaannya
Penerbit : Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia
Pengarang : Muhammad Yasin
Jumlah Halaman : 283 Halaman
Tahun Terbit dan Cetakan : Cetakan pertama, Desember 2020
Buku Orang Biasa Dengan Kebiasaannya merupakan biografi Farid Wajdi, Komisioner Komisi
Yudisial Republik Indonesia periode 2015-2020 yang berisi tentang kehidupanya, pemikirannya,
perjalanan beliau dari orang yang biasa menjadi orang yang luar biasa tapi tetap konsisten
dengan kebiasaannya.
Buku yang dibagi dalam lima bagian ini bukan menghadirkan apa yang telah dilakukannya selama
lima tahun menjabat, namun buku ini mengisahkan sosok orang yang lahir dan besar dari
keluarga sederhana, lalu menjalani beragam kegiatan dengan sederhana. Sederhana dalam
ucapan, sikap dan tindakan. Seperti dikutip dari pengantar sang penulis, sosok Farid Wajdi,
sederhana bukan berarti tanpa nyali. Sederhana bukan pula bermakna tak serius menjalankan
tugas. Justru sederhana adalah kesungguhan, menjalankan tugas tanpa disertai keangkuhan akibat
punya kuasa dan wewenang.
Lazimnya sebuah biografi, buku ini ditulis dari kisah masa kecil Farid Wajdi yang lahir dari
keluarga biasa di kampung Masjid, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Ayahnya hanya
seorang mubaligh dan hidupnya sudah ditinggal Ibu sejak berusia di bawah 10 tahun, sempat
berpindah-pindah sekolah mengikuti ayahnya yang berkeliling ceramah dari satu kampung ke
kampung lainnya hingga masa remaja merantau ke tanah Deli untuk melanjutkan kuliah.
Sebagai anak perantau jauh dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi, tentu saja bukan hal
mudah untuk menggapai cita-cita. Berbagai upaya telah dilakoninya untuk bisa bertahan hidup
dan membiayai kuliah, berjualan roti keliling hingga berjualan bando, tak terbesit malu di hati
selama melakukan pekerjaan tersebut demi mendulang sukses di kota Medan. Farid meyakini
pesan ayahnya, siapa yang bersungguh-sungguh, pasti selalu ada jalan untuk mencapainya.
Memetik hikmah dari sebuah penggalan lagu ‘You will win when you believe’, Farid dapat
membuktikan bahwa anak yang berasal dari keluarga kurang mampu tetap dapat kuliah dan
berprestasi. Mimpinya menjadi seorang ahli hukum tergapai tidak hanya menjadi sarjana, bahkan
mampu menyelesaikan pendidikan Doktor di University Sains Malaysia (USM) Pulau Penang.
Rekam jejak karirnya dimulai dari staf pengajar di kampus Hukum Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara (UMSU). Selalu tampil rapi dengan dasi merupakan ciri khasnya selama
mengajar. Sosoknya dikenal sebagai dosen yang disiplin, tapi selalu hangat dan tak pernah
membuat jarak kepada mahasiswa. Berbagai jabatan di Fakultas Hukum UMSU pernah
diamanahkan kepadanya, hingga menjadi Dekan Fakultas Hukum UMSU periode 2019-2013.
Banyak inovasi dan terobosan telah dilakukannya demi mewujudkan Fakultas Hukum UMSU
sebagai ‘a faculty for excellence’.
Mendirikan Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK) merupakan buah dari
kegelisahannya menjadi seorang akademisi yang wajib melakukan pengabdian kepada
masyarakat, serta keinginan dirinya supaya dapat bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Bersama
rekan-rekannya, Farid mengadvokasi berbagai kasus pengaduan konsumen sampai disematkan
sebagai Raja Gugat dari Medan. Banyak tantangan yang dihadapi selama berjuang menyambung
lidah konsumen, tapi hal itu tak menyurutkan semangat untuk tetap konsisten melawan
ketidakadilan, meski selama berjuang pernah ditawari uang dan sejumlah fasilitas yang
menggiurkan.
Pengalaman mengawasi etika pelaku usaha menjadi bekal baginya untuk melangkah menjadi
komisioner Komisi Yudisial RI. Aktivitas di LAPK hakikatnya merupakan kegiatan mengawasi
etika bisnis pengusaha agar konsumen tidak dirugikan, sedangkan tugas Komisi Yudisial adalah
mengawasi perilaku hakim agar pencari keadilan tidak dirugikan. Berkeyakinan bahwa orang
baik harus punya nyali memantapkan pilihannya untuk berkiprah di kancah nasional. Derasnya
dukungan yang mengalir dari berbagai lini serta ridho Allah SWT menjadikannya sebagai
Komisioner Komisi Yudisial periode 2015-2020.
Integritas merupakan prinsip yang teguh dipegangnya, selama mengemban amanah yang besar
dan berat untuk dipertanggungjawabkan ketika bertugas di lembaga wakil Tuhan. Farid berusaha
selalu teguh pendirian dan berupaya mengurangi interaksi yang tidak perlu dengan orang-orang
yang diawasi oleh Komisi Yudisial, meski pun bagi sebagian orang memandangnya terkesan
kaku. Baginya, tidak ada alasan menjadikan jabatan sebagai sarana untuk menyombongkan diri,
apalagi sampai menumpuk kekayaan dengan cara melawan hukum. Kesederhanaan hidup
merupakan kunci, karena kebahagiaan hakekatnya tidaklah harus mewah dan mahal.
Kelebihan buku ini ditulis dengan menggunakan bahasa yang gamblang sehingga mudah
dipahami. Banyak pelajaran hidup yang dapat dijadikan teladan bagi pembaca, mimpi besar
harus diperjuangkan dengan upaya keras untuk menjadi orang besar. Banyak kata-kata bijak
yang dikutip dari beberapa tokoh dalam buku ini dan telah menjadi motivasi dalam hidup Farid
Wajdi, tentunya dapat dipedomani oleh pembaca sebagai motivasi dan inspirasi kehidupan.
Testimoni dari orang-orang terdekat, kerabatnya juga semakin meneguhkan seperti apa sosoknya
yang telah banyak malang melintang di dunia hukum baik ketika menjadi aktivis maupun
akademisi.
Menariknya dari buku ini juga menyisipkan foto-foto memorial dari hasil dokumentasi yang baik
terkait perjalanan pribadi, perjuangan mengadvokasi konsumen, bersama keluarga, rekan kerja
dan sahabat juga foto aktivitasnya selama menjadi komisioner Komisi Yudisial RI. Melihat foto
yang disajikan, pembaca seolah ikut hanyut dalam suasana perjalanan hidup Farid Wajdi.
Penulis buku ini juga sudah berpengalaman di ranah hukum. Muhammad Yasin berkarir menjadi
seorang jurnalis, lalu lama bertugas meliput di lingkungan Komisi Yudisial RI dan beberapa
lembaga hukum lainnya serta telah menghasilkan banyak karya tulis terkait permasalahan
hukum. Pengalaman penulis tentu saja membuatnya sangat piawai dalam mengulas sepak terjang
sosok Farid Wajdi.
Buku ini pasti semakin menggambarkan sosok kesederhanaannya jika mengisahkan secara
khusus aktivitas keseharian Farid dari sudut pandang keluarga, maupun orang-orang terdekatnya.
Bagaimana Farid berupaya selalu menyediakan waktu untuk keluarga dan membahagiakan
keluarga tanpa kemewahan. Bagian kisah kasih Farid dan sang istri jika disajikan secara khusus
juga akan menjadi sudut pandang berbeda dari perjalanan hidupnya yang terkesan selalu disiplin
dan pekerja keras. Bagian ini mungkin dapat mematahkan testimoni seorang sahabat yang
menuliskan selama duduk di bangku kuliah, Farid tidak pernah terlihat memiliki teman
perempuan yang spesial.
Sosok Diana Susanti sebagai istri yang telah mendampinginya melewati berbagai godaan dan
tekanan sehingga mampu hidup tak culas karena fulus dan tak baling karena rekening, tentu juga
menarik untuk diulas. Terutama kesabarannya bersama keempat buah hati melewati gelombang
kehidupan ketika Farid menghadapi sandungan permasalahan hukum dengan tuduhan
pencemaran nama baik yang dilaporkan oleh 64 Hakim Agung ke Polda Metro Jaya. Bagian ini
pasti semakin melengkapi perjalanan hidup Farid Wajdi yang sangat menginspirasi.
Buku ini sangat penting bagi Anda yang berniat ingin menjadi orang besar tapi tetap down to
earth. Banyak inspirasi hidup yang sederhana tertuang dalam buku ini. Bagaimana strategi
bertahan ketika semakin tinggi pohon maka akan semakin kencang angin. Seseorang yang
sedang berada di puncak karir, bisa hidup dengan prinsip tak lekang oleh harta, tak tergoyahkan
oleh tahta dari penguasa.
Ditulis oleh Lia Anggia Nasution, pengajar di kampus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
Pembangunan (STIK-P) Medan